Profil Nining Meida


Nining Meida bukan lahir dari keluarga seniman. Ia pertama kali mengenal seni Sunda dari grup kesenian pimpinan Ugan Soemarna di Kabupaten Bandung. Sejak berumur empat tahun, ia sudah mahir memainkan bonang dan ikut pentas bersama beberapa grup seni tradisional pimpinan Tetty Afienty. Semakin akrab dengan dunia seni, perlahan ia belajar dari beberapa sinden yang mahir menyanyikan tembang Sunda, khususnya Cianjuran.

Bakat Nining ternyata memang ada pada tembang Sunda. Berbagai perlombaan vokal lagu Sunda dan pop dia ikuti sejak masih SD hingga SMA. Dia nyaris selalu menjadi juara satu dalam setiap ajang kompetisi tersebut. Prestasi Nining membuat para pemandu bakat terpikat. Hingga suatu saat pada 1984, seorang produser mengajak dia masuk dapur rekaman untuk menyanyikan single "Kokoronotomo" versi bahasa Sunda. Ketika itu lagu asal Jepang tersebut tengah populer di Indonesia.

Suara Nining yang manja dan mendesah juga menarik perhatian maestro karawitan dan pencipta lagu Sunda, Nano S (almarhum). Waktu itu Nano menganggap Nining adalah penyanyi yang tepat untuk membawakan lagu ciptaannya berjudul "Kalangkang" pada 1986. Nining lalu diarahkan menyanyi duet bersama Adang Cengos. Lagu lainnya yang digemari masyarakat antara lain: Potret Manehna, Jol, Sorban Palid, Karembong Kayas, Es Lilin, Mojang Priangan, Tibelat, dsb.

Nining Meida pernah melakukan langkah besar untuk ukuran seniman Sunda dengan menggelar konser tunggal pertamanya di Sasana Budaya Ganesha, Bandung, Minggu (21/10/2012). Konser dengan tiket gratis ini diklaim yang pertama kali dilakukan seniman tembang dan penyanyi pop Sunda. Pada konser di hadapan 5.000 lebih pengunjung hadir penggemar Nining Meida dari berbagai daerah di Jawa Barat, luar Pulau Jawa, bahkan ada yang sengaja datang dari luar negeri. Tidak ketinggalan juga Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, pihak Pemkot Bandung, dan para tokoh serta seniman Sunda turut hadir di konser akbar tersebut.